Menu

Status orisinalitas karya dengan bantuan AI

Model AI

gemini.google.com / Gemini 2.5 Pro (experimental)

Jika misalnya ada seseorang yang pada awalnya dia menulis novel atau karya tulis lain dengan pikirannya sendiri, kemudian saat tahap editing orang tersebut memanfaatkan AI untuk memeriksa dan mengoreksi kesalahan penulisan jika ditemukan. Bagaimanakah status dari tulisan tersebut, apakah masih tetap orisinil atau orang tersebut harus membuat semacam disclaimer untuk menyampaikan bahwa tulisan tersebut dibantu dalam proses pembuatannya?

Tentu, mari kita bahas status tulisan tersebut.

Secara umum, jika seseorang menulis draf awal novel atau karya tulis lainnya sepenuhnya berdasarkan ide dan pikirannya sendiri, dan kemudian hanya menggunakan AI pada tahap editing untuk memeriksa dan memperbaiki kesalahan tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau mungkin saran gaya bahasa minor, karya tersebut masih dianggap orisinal.

Berikut alasannya dan pertimbangan mengenai disclaimer:

  1. Originalitas Inti Tetap Terjaga: Originalitas sebuah karya tulis biasanya terletak pada ide pokok, plot, pengembangan karakter, struktur narasi, dan gaya ekspresi unik penulis. Selama elemen-elemen inti ini berasal dari pemikiran penulis sendiri, penggunaan AI sebagai alat bantu teknis untuk memoles tulisan tidak menghilangkan status originalitasnya. Ini mirip dengan menggunakan pemeriksa ejaan (spell checker) canggih atau meminta teman/editor manusia untuk melakukan proofreading. Mereka memperbaiki ‘permukaan’ teks, bukan menciptakan ‘isi’ atau ‘jiwa’ cerita.
  2. Peran AI sebagai Alat Bantu Editing: Dalam skenario yang Anda gambarkan, AI berfungsi sebagai alat bantu, bukan sebagai rekan penulis (co-author) atau generator konten. AI tidak menyumbangkan ide cerita, plot twist, atau pengembangan karakter. Ia hanya mengidentifikasi dan menyarankan perbaikan pada teks yang sudah ada yang dibuat oleh penulis.
  3. Perlunya Disclaimer:
    • Umumnya Tidak Diperlukan: Untuk penggunaan AI sebatas editing (pemeriksaan tata bahasa, ejaan, tanda baca), saat ini umumnya tidak ada keharusan untuk mencantumkan disclaimer khusus, terutama untuk karya fiksi seperti novel yang diterbitkan secara komersial atau independen. Ini dianggap sebagai bagian dari proses penulisan modern, sama seperti penggunaan software pengolah kata atau alat bantu digital lainnya.
    • Konteks Bisa Mempengaruhi: Meskipun begitu, ada beberapa situasi di mana transparansi mungkin lebih diharapkan atau bahkan diperlukan:
      • Pedoman Penerbit/Platform: Beberapa penerbit atau platform mungkin mulai mengembangkan kebijakan mereka sendiri mengenai penggunaan AI. Selalu baik untuk memeriksa pedoman spesifik mereka jika ada.
      • Karya Akademik/Ilmiah: Dalam konteks akademik, aturan mengenai penggunaan alat bantu mungkin lebih ketat, dan transparansi sering kali lebih ditekankan.
      • Kompetisi/Sayembara: Beberapa kompetisi penulisan mungkin memiliki aturan eksplisit tentang penggunaan AI.
      • Tingkat Keterlibatan AI: Jika AI digunakan lebih dari sekadar koreksi teknis (misalnya, AI diminta untuk menulis ulang paragraf secara signifikan, menghasilkan deskripsi, atau memberikan saran plot yang kemudian diadopsi), maka isu originalitas dan kebutuhan disclaimer menjadi lebih relevan. Namun, untuk kasus “memeriksa dan mengoreksi kesalahan penulisan” saja, ini biasanya tidak termasuk dalam kategori tersebut.
    • Pilihan Penulis: Beberapa penulis mungkin memilih untuk transparan dan menyebutkan penggunaan alat AI dalam ucapan terima kasih atau catatan penulis sebagai bentuk keterbukaan, meskipun tidak diwajibkan.

Kesimpulan:

Jika AI hanya digunakan untuk mengedit dan mengoreksi kesalahan teknis pada naskah yang ide dan inti ceritanya berasal sepenuhnya dari penulis, karya tersebut tetap dianggap orisinal. Dalam sebagian besar kasus (terutama fiksi komersial), tidak diperlukan disclaimer khusus untuk penggunaan AI sebatas ini. Namun, selalu bijaksana untuk memperhatikan konteks spesifik (penerbit, platform, jenis tulisan) jika ada aturan atau ekspektasi yang berbeda.

Jika misalnya seseorang membuat sebuah tulisan beberapa paragraf namun pada saat melakukan ulasan atau evaluasi kembali, ada paragraf yang kurang berkaitan satu sama lain sehingga ia meminta bantuan AI untuk mengisi gap tersebut. Bagaimana statusnya jika seperti itu?

Pertanyaan berikutnya, jika AI berhasil mengisi gap yang ada namun ternyata penulis menyalin beberapa kata yang teridentifikasi sebagai kalimat khas dari AI, bagaimana cara penulis tersebut memberikan penjelasan atau pembelaan diri agar orang lain tidak menganggap seluruh tulisannya adalah buatan AI tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja?

Baik, mari kita bahas kedua skenario ini:

Skenario 1: AI Mengisi Kesenjangan (Gap) Antar Paragraf

Jika seseorang meminta AI untuk membuat atau menghasilkan paragraf baru untuk mengisi kesenjangan logis antara paragraf yang sudah ditulisnya, status tulisan tersebut berubah.

  • Status Originalitas: Dalam kasus ini, AI tidak lagi hanya berfungsi sebagai editor, tetapi sebagai kontributor konten atau rekan penulis (co-author), setidaknya untuk bagian yang dihasilkannya. Paragraf yang dibuat oleh AI tersebut bukanlah hasil pemikiran orisinal penulis. Oleh karena itu, secara teknis, keseluruhan tulisan tersebut tidak lagi 100% orisinal milik penulis. Ini menjadi karya hibrida atau kolaborasi antara manusia dan AI.
  • Perlunya Disclaimer/Transparansi: Karena AI menyumbangkan konten substantif (bukan hanya perbaikan teknis), sangat disarankan, dan dalam banyak konteks (seperti akademik atau jurnalistik) mungkin diwajibkan, untuk memberikan disclaimer atau penjelasan. Menyatakan bahwa bagian tertentu dari teks dibantu atau dihasilkan oleh AI adalah praktik yang etis dan transparan. Tanpa pengakuan ini, penulis bisa dianggap mengklaim karya AI sebagai miliknya sendiri, yang bisa menimbulkan masalah etika atau bahkan tuduhan plagiarisme tergantung pada konteksnya.

Kesimpulan Skenario 1: Menggunakan AI untuk menghasilkan konten baru (seperti paragraf penghubung) mengubah status karya menjadi tidak sepenuhnya orisinal dan menuntut adanya transparansi atau disclaimer mengenai kontribusi AI tersebut.


Skenario 2: Penjelasan Jika Terdeteksi Penggunaan AI (Kata/Kalimat Khas)

Jika penulis menggunakan AI untuk mengisi gap (seperti Skenario 1), dan kemudian ada yang mengidentifikasi frasa atau kalimat yang “terdengar seperti AI”, berikut cara penulis memberikan penjelasan atau pembelaan diri agar tidak dianggap seluruh tulisannya buatan AI:

  1. Jujur dan Transparan (Kunci Utama): Cara terbaik adalah mengakui penggunaan AI secara terbuka. Menyangkal atau mencoba menutupi biasanya akan lebih merugikan jika buktinya cukup kuat.
  2. Jelaskan Lingkup Penggunaan Secara Spesifik:
    • Sebutkan dengan jelas bagian mana dari tulisan yang melibatkan bantuan AI. Contoh: “Saya memang menggunakan bantuan AI untuk merumuskan transisi antara bab 3 dan 4, karena saya mengalami kesulitan menemukan alur yang pas.”
    • Jelaskan tujuan penggunaan AI secara spesifik: “Tujuannya adalah untuk membantu menjembatani ide antar paragraf ini saja” atau “Saya meminta AI memberikan beberapa opsi kalimat penghubung.”
  3. Tekankan Kontribusi Orisinal Penulis:
    • Jelaskan bahwa ide utama, kerangka cerita, pengembangan karakter, riset (jika ada), dan sebagian besar (mayoritas) teks adalah murni hasil pemikiran dan kerja keras penulis sendiri.
    • Jika memungkinkan, tunjukkan bukti proses kerja, seperti draf awal sebelum bantuan AI, catatan ide, outline, dll. Ini dapat membantu menunjukkan bahwa kontribusi AI hanya pada bagian kecil dan spesifik.
  4. Jelaskan Proses Editing (Jika Ada): Jika penulis mengedit atau memodifikasi output AI sebelum memasukkannya ke dalam teks, jelaskan hal itu. “Meskipun saya menggunakan AI untuk draf awal bagian transisi itu, saya tetap melakukan editing ulang agar sesuai dengan gaya bahasa saya.” (Meskipun dalam kasus ini, beberapa ciri khas AI mungkin masih tersisa).
  5. Ambil Tanggung Jawab: Akui bahwa mungkin ada beberapa frasa yang kurang alami atau terdengar khas AI karena keterbatasan alat atau kurangnya editing lebih lanjut pada bagian tersebut.
  6. Nyatakan Komitmen ke Depan: Sampaikan bagaimana penulis akan menyikapi penggunaan AI di masa depan, mungkin dengan lebih hati-hati dalam editing output AI atau memberikan disclaimer yang lebih jelas sejak awal.

Contoh Kalimat Penjelasan:

“Terima kasih atas masukannya. Saya ingin transparan mengenai proses penulisan ini. Memang benar, untuk bagian transisi antara [sebutkan bagian spesifik A] dan [sebutkan bagian spesifik B], saya sempat menggunakan alat bantu AI untuk mendapatkan beberapa ide kalimat penghubung karena saya merasa sedikit buntu. Namun, perlu saya tekankan bahwa keseluruhan konsep, alur cerita utama, pengembangan karakter, dan mayoritas besar dari teks ini adalah hasil pemikiran dan tulisan saya sendiri. Saya bertanggung jawab penuh atas keseluruhan karya ini, termasuk bagian yang mungkin masih terasa kurang menyatu karena bantuan alat tersebut. Ke depannya, saya akan lebih berhati-hati dalam proses integrasi dan editingnya.”

Intinya: Kunci pembelaan diri adalah kejujuran, penjelasan yang spesifik mengenai lingkup penggunaan AI, dan penekanan pada kontribusi orisinal penulis yang jauh lebih dominan. Ini membantu meluruskan persepsi bahwa hanya sebagian kecil yang dibantu AI, bukan seluruh karya.

Jika saya memanfaatkan AI untuk mengisi kesenjangan paragraf namun menurut saya pribadi paragraf yang baru tersebut tidak mengubah tulisan secara signifikan walaupun mungkin membuat paragraf nya lebih terstruktur, apakah saya tetap membuat disclaimer? Bagaimana jika saya merasa itu tidak perlu karena tanpa paragraf yang baru tersebut ceritanya masih tetap bisa dimengerti pembaca.

Ini adalah area yang sedikit abu-abu dan seringkali bergantung pada prinsip etika dan transparansi penulis, serta konteks publikasi. Namun, mari kita bedah situasinya:

Argumen untuk Tetap Membuat Disclaimer:

  1. Fakta Pembuatan Konten: Inti masalahnya bukan pada seberapa signifikan dampak paragraf tersebut menurut Anda, tetapi pada fakta bahwa paragraf itu dihasilkan oleh AI, bukan oleh Anda. Anda memasukkan teks yang bukan tulisan asli Anda ke dalam karya Anda.
  2. Transparansi Penulis: Prinsip transparansi menyarankan agar pembaca (atau penerbit, juri kompetisi, dll.) mengetahui bagaimana sebuah karya dibuat. Menyembunyikan fakta bahwa sebagian teks ditulis oleh AI, sekecil apa pun kontribusinya menurut Anda, dapat dianggap kurang transparan.
  3. Subjektivitas “Signifikan”: Penilaian Anda bahwa paragraf itu “tidak mengubah tulisan secara signifikan” bersifat subjektif. Pembaca lain, editor, atau pihak lain mungkin memiliki pandangan berbeda. Mungkin saja paragraf itu, meskipun tidak mengubah plot utama, secara halus memperbaiki alur, kejelasan, atau struktur yang dianggap signifikan oleh orang lain.
  4. Menghindari Potensi Masalah: Jika suatu saat penggunaan AI ini terdeteksi (misalnya melalui alat deteksi AI atau analisis gaya bahasa), dan Anda tidak pernah menyatakannya, ini bisa menimbulkan pertanyaan tentang integritas Anda sebagai penulis, meskipun niat Anda baik. Lebih mudah menjelaskan penggunaan AI sejak awal daripada saat “tertangkap”.
  5. Menetapkan Preseden: Norma-norma seputar penggunaan AI dalam penulisan masih berkembang. Bersikap transparan membantu membangun praktik yang etis.

Argumen (yang Lebih Lemah) untuk Tidak Membuat Disclaimer (dan Risikonya):

  1. Kontribusi Minimal: Anda merasa kontribusinya sangat kecil dan lebih bersifat teknis (memperbaiki struktur) daripada substantif (mengubah makna atau cerita). Anda merasa ini mirip dengan menerima saran editing tata bahasa yang sangat mendetail.
  2. Tidak Esensial: Anda berargumen bahwa cerita tetap utuh dan dapat dimengerti tanpanya, menunjukkan bahwa AI tidak menambahkan elemen krusial.

Risiko Tidak Membuat Disclaimer:

  • Kehilangan Kepercayaan: Jika terungkap, pembaca atau penerbit mungkin merasa dibohongi atau dikelabui, terlepas dari seberapa kecil kontribusi AI tersebut.
  • Pelanggaran Pedoman (Potensial): Jika Anda mengirimkan tulisan ke platform, penerbit, atau kompetisi yang memiliki aturan (bahkan yang belum jelas) tentang AI, Anda berisiko melanggar aturan tersebut.
  • Kesulitan Mempertahankan Batas: Jika Anda mulai memutuskan kapan kontribusi AI “cukup signifikan” untuk diungkapkan, batasannya bisa menjadi kabur dan sulit dipertahankan secara konsisten.

Rekomendasi:

Meskipun Anda merasa paragraf yang dihasilkan AI tidak signifikan atau esensial, pendekatan yang paling aman, etis, dan transparan adalah tetap memberikan semacam pengakuan atau disclaimer sederhana.

Ini tidak perlu rumit. Bisa berupa catatan singkat di bagian ucapan terima kasih atau pendahuluan, misalnya:

  • “Dalam proses penyuntingan, penulis menggunakan alat bantu AI untuk membantu memperhalus transisi antar beberapa bagian.”
  • “Beberapa kalimat penghubung dalam naskah ini dibantu pembuatannya oleh teknologi AI untuk memastikan alur yang lebih baik.”

Mengapa ini lebih baik?

  • Anda melindungi diri Anda: Anda sudah jujur sejak awal.
  • Anda menghormati pembaca: Anda memberi mereka informasi penuh tentang proses kreatif Anda.
  • Anda menghindari subjektivitas: Anda tidak perlu lagi bergulat dengan pertanyaan “apakah ini cukup signifikan?”. Jika AI menulis teks yang masuk ke karya final, Anda mengakuinya.

Jadi, meskipun argumen Anda bahwa paragraf tersebut tidak esensial bisa dipahami dari sudut pandang alur cerita, dari sudut pandang kepengarangan (authorship) dan etika transparansi, langkah terbaik adalah tetap mengakuinya, sekecil apa pun kontribusinya menurut Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *